Senin, 30 Maret 2009

KRISIS ATLET TINJU PROPINSI JAMBI

Di era tahun 80-an sampai 90-an propinsi Jambi sangat berjaya dengan olahraga tinju. Berbagai gelar pernah diraih oleh atlet-atlet tinju Jambi kala itu. Baik ditingkat nasional maupun internasional. Sebut saja Herry Maitimu, Manimbul Silaban dan lain-lainya yang pernah menjadi jawara tinju dikelasnya. Mereka dengan bangga mewakili propinsi Jambi berlaga dipentas nasional bahkan mewakili Indonesia dipentas internasional.
Namun apa yang pernah diraih masa lalu itu tidak diikuti oleh prestasi gemilang atlet kita sekarang. Dalam kurun 15 tahun terakhir ini belum ada anak muda Jambi yang mampu menyamai prestasi yang pernah diukir oleh para seniornya, bahkan pada PON XVI Tahun 2004 di Sumatera Selatan tidak satupun petinju Jambi yang lolos. Apakah ini pertanda merosotnya perkembangan tinju di propinisi Jambi?
Kurangnya atlet tinju merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh pengurus daerah tinju amatir Jambi. Ini dapat dimaklumi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang olahraga tinju khususnya tinju amatir. Persepsi sebagian masyarakat kita tentang olahraga tinju bisa dikatakan salah kaprah yang mengira bahwa olahraga tinju adalah olahraga “brutal” karena full body contact yang sangat berbahya dan fatal akibatnya. Sehingga berakibat kurangnya minat anak-anak muda untuk ikut berlatih tinju.
Olahraga tinju bukanlah olahraga brutal seperti yang kita persepsikan selama ini, Dengan tinju amatir para pemuda dapat selalu meningkatkan kemampuan fisik dan mentalnya. Untuk menuju derajat sehat dan total fitness yang diharapkan.
Bagi mereka yang mempunyai “agresifitas” yang tinggi sangat cocok sekali dengan olahraga ini karena sifat agresifnya dapat disalurkan melalui olahraga ini.
Dalam tinju amatir suatu kemenangan angka yang diusahakan dengan keunggulan teknik lebih diutamakan daripada suatu kemenangan yang diperoleh karena wasit terpaksa harus menghentikan pertandingan sebelum waktunya.
Ditengah pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini, sejalan dengan itu dukungan perkembangan teknologi dibidang olahragapun telah dibuat untuk keselamatan petinju. Sarung tinju yang dikenakan dan head protector yang dipasang dikepala telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat meredam pukulan yang keras, artinya apabila pukulan keras mengenai kepala diaharapkan tidak sampai fatal atau mengakibatkan cedera yang serius yang dapat mengancam atau membahyakan petinju bahkan mengakibatkan kematian. Itulah salah satu perbedaan antara tinju amatir dan profesional. Jadi diharapkan dengan dukungan teknologi dewasa ini kita tidak lagi “takut” atau ragu-ragu lagi untuk berlatih tinju.
Dengan mempertimbangkan sistem dan jalur pembinaan olahraga tinju yang ada saat ini, maka orientasi pembinaan olahraga tinju harus segera dilakukan secara mendasar, sistematis, efisien dan terpadu serta mengarah kepada satu tujuan yang sama.
Tentu saja faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi tercapainya pembinaan prestasi sangat dibutuhkan diantaranya adalah, dukungan dari orang tua atlet yang seyogyanya tidak melarang anaknya untuk ikut berlatih tinju bahkan sebaliknya ikut mendorong atau memotivasi sehingga si anak dapat berprestasi optimal.
Disegi kepengurusan daerah tidak bisa kita ragukan lagi keseriusan dari pengurus untuk memajukan olahraga tinju di propinsi Jambi, sebut saja Suwarno Soerinta selaku ketua Pengda PERTINA seorang wakil ketua DPRD Propinsi Jambi dan wakilnya Fauzi Si’in (Bupati Kerinci) yang sangat serius dalam membina PERTINA Jambi, juga masuknya beberapa nama baru dari kalangan perguruan tinggi yang berlatar belakang pendidikan olahraga. Artinya dukungan dari instansi dan pemerintah bukanlah suatu masalah untuk pencapaian prestasi yang kita harapkan, tinggal lagi dukungan dari masyarakat Jambi dalam upaya pemassalan atlet tinju di propinsi Jambi.
Pemanduan bakat oleh guru-guru olahraga khususnya di SMP (Sekolah Menengah Pertama) sangat dibutuhkan untuk penyaluran minat anak dalam berlatih tinju, sebagai ujung tombak atau awal pembinaan disekolah-sekolah.
Disamping itu bagi pengurus PERTINA Jambi dapat mengusahakan banyaknya kejuaraan tinju yang akan membangkitkan motivasi dan semangat berlatih pada atlet untuk menampilkan hasil latihan yang telah ia capai. Di Jambi selama ini sangat kurang sekali. Selain itu pertarungan persahabatan antar sasana sangat mendukung upaya peningkatan pestasi untuk meningkatkan jam terbang atlet tinju di propinsi Jambi.
Semoga dengan tulisan ini dapat menggugah para anak muda Jambi untuk berlatih tinju dan memulai berlatih tinju dari usia 13 tahun seperti yang direkomendasikan oleh AIBA (Badan Tinju Amatir Dunia). Yang akhirnya dapat menjawab minimnya atlet tinju di propinsi Jambi. Semoga….

5 komentar:

  1. Bagimana menurut bapak pembinaan atlit di prop.jambi

    BalasHapus
  2. ass pak
    Mengapa Cabang sepak bola di prop. jambi
    tidak dapat melangkah lebih jauh?
    dan tidak dapat menembus liga indonesia?

    BalasHapus
  3. dAN mengapa minimnya fasilitas prasarana dalam berbagai cabang olah raga di prop. jambi?

    BalasHapus
  4. Sebelumnya trims pak...
    Ricky ramdhan alfarisi
    kelas 4 b

    BalasHapus