Minggu, 21 Oktober 2012

Peran Pihak Swasta Dibalik Kesuksesan Korea Selatan Dalam Olimpiade London 2012 (2)

Konglomerat dibalik prestasi, sebuah contoh
 
Untuk melahirkan seorang juara renang, Park Tae-Hwan, peraih dua medali perak nomor 200m dan 400m gaya bebas pada olimpiade London 2012, membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Ahli terapi fisik, Chul-kyu bertanggung jawab untuk membantu untuk merileksasikan tubuh dan pikiran Park Tae-Hwan. Personal trainer Kwon Tae-hyun bertugas untuk mengontrol rutinitas latihan dan gizi Park Tae-Hwan. Penterjemah Kang Min-gyu mempermudah komunikasi antara Park Tae-Hwan dan pelatih asal Australia Michael Bohl.

Mereka berempat berperan penting dalam kesusksesan prestasi Park Tae-Hwan, namun tidak termasuk didalam Komite Olimpiade Korea atau Federasi Renang Korea, tetapi mereka bekerja untuk SK Telecom, sebuah operator seluler dengan pendapatan terbesar di Korea Selatan. Perusahaan memutuskan untuk mengambil alih tim secara lengkap dan menjalankannya secara langsung. Tim Ini direstrukturisasi kecuali ahli terapi fisik Park Tae-Hwan.
Setiap anggota tim bekerja untuk SK Telecom baik sebagai karyawan tetap atau berdasarkan kontrak. Perusahaan tersebutlah yang menyeleksi sampai menemukan tim terbaik dibalik kesuksesan Park Tae-Hwan. Mereka bertanggung jawab 100 persen atas pelatihan, Ini adalah bentuk tuntutan sponsorship karena strukturnya membuat mereka bertanggung jawab penuh atas hasil pelatihan.
Tujuan terbesar dari tim khusus ini adalah untuk mengembangkan Park Tae-Hwan menjadi perenang terbaik dunia dalam lomba 400 meter dalam proyek panjang selama empat tahun. "Ini adalah konsep yang berbeda dari mensponsori atlet dengan produk atau uang. Ini adalah model patokan yang dinginkan atlet.
Dalam menjalankan biaya pelatihan independen tim SK Telecom menghabiskan sekitar 1,5-2 milyar won (kurang lebih 17 miliar rupiah) setahun. Secara umum, atlet mendapatkan dana dari perusahaan sponsor dan membayar pelatih yang keluar dari kantong mereka sendiri.

Sponsorship telah melewati beberapa cobaan dan evolusi. SK Telecom memulai pembiayaan pelatihan Park Tae-Hwan pada bulan Juni 2007 dan beralih bentuk untuk menjalankan tim pelatihan independen untuk Park Tae-hwan selama empat tahun sampai Olimpiade London dimulai.
Kesuksesan perenang Park Tae-Hwan, merupakan sebuah contoh dari keterlibatan penuh dari konglomerat. Tentu bukan hanya ini kesuksesan mereka, perusahaan SK Telecom juga meraih sukses besar dalam pembinaan olahraga anggar dengan meraih 2 medali emas, 1 perak dan 3 perunggu pada olimpiade London 2012.

 


Sabtu, 20 Oktober 2012

Peran Pihak Swasta Dibalik Kesuksesan Korea Selatan Dalam Olimpiade London 2012 (1)

Dalam ajang multi event olahraga terakbar sedunia, Olimpiade London 2012, kontingen Korea Selatan berhasil menempati urutan ke-5 dengan menyumbangkan total 28 medali yang terdiri dari 13 medali emas, 8 perak dan 7 perunggu. Pencapaian ini merupakan reputasi terbaik selain jumlah perebutan medali, juga posisi urutan. Bahkan mengalahkan negara-negara maju dan besar seperti Jerman, Perancis, Italia, Australia dan Jepang dalam hal perolehan medali. Berkat sukses luar biasa tersebut, Korea Selatan patut mendapat pujian dan terpilih sebagai negara terunggul dalam meraih prestasi pada Olimpiade London 2012. Tentu saja, beberapa atlet Korea Selatan juga meraih medali perak dan perunggu, serta ada yang gagal sama sekali memperoleh medali dalam Olimpiade London. Akan tetapi, semangat dan tekad dari kontingen Korea Selatan yang mencurahkan upaya maksimal membuat warga penduduk di tanah air merasa terharu, bangga dan simpatik.
 
Mungkin kita bertanya-tanya bagaimana sebuah negara kecil dengan jumlah penduduk kurang lebih 50 juta jiwa, berhasil meraih medali emas begitu banyak. Selain bakat alami atlet 'dan pelatihan yang sangat sulit, dukungan penuh dari konglomerat besar ternyata memainkan peran penting. Di Korea Selatan, mereka menyebutnya 'olahraga elit’ bagi atlet yang berlaga di event internasional. Hal tersebut diidentifikasi dan pengembangan bakat melalui pelatihan intensif yang menghabiskan biaya besar, dan tanpa dana dari perusahaan, akan sulit untuk mempertahankan keberlanjutan tingkat pelatihan.
 
Pada tahun 2011, 10 konglomerat terbesar di Korea selatan menghabiskan 427.6 milyar won (kurang lebih 3,6 triliun rupiah) untuk pembinaan olahraga yang merupakan setengah dari anggaran Departemen Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan untuk olahraga yaitu 840.3 milyar won (kurang lebih 7,1 triliun rupiah). Tiga puluh satu persen dari 427.6 milyar won diberikan kepada olahraga yang kurang populer. Pembiayaan untuk olahraga amatir dilakukan sebagian besar dalam tiga cara. Lebih dari 47 milyar won dialokasikan untuk menjalankan tim olahraga amatir, 14 miliar won pada asosiasi dan badan pemerintah dan 71,4 miliar won untuk iklan dan peyelenggaraan event internasional.
 
Hampir setengah dari badan pemerintah dari 58 olahraga yang terdaftar pada Komite Olimpiade Korea Selatan (KOI-nya Indonesia) dipimpin oleh pengusaha, dengan 10 konglomerat pada 10 organisasi cabang olahraga. 10 konglomerat besar tersebut juga membina 23 cabang olahraga untuk 18 jenis olahraga yang kurang populer mulai dari tenis meja sampai panahan. Anggaran mencakup keseluruhan, termasuk seluruh biaya untuk pelatihan atlet, mendukung pertandingan internasional mereka, membangun fasilitas baru dan hosting event olahraga internasional.
 
Menyimak dari kesuksesan Korea Selatan dalam pembinaan olahraga, disadari bahwa ternyata salah satu kunci sukses besar berawal dari sinergi antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Yang kesemuanya harus berjalan searah. Serta dituntut peran nyata pihak swasta dalam membangun industri olahraga.