Minggu, 21 Oktober 2012

Peran Pihak Swasta Dibalik Kesuksesan Korea Selatan Dalam Olimpiade London 2012 (2)

Konglomerat dibalik prestasi, sebuah contoh
 
Untuk melahirkan seorang juara renang, Park Tae-Hwan, peraih dua medali perak nomor 200m dan 400m gaya bebas pada olimpiade London 2012, membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Ahli terapi fisik, Chul-kyu bertanggung jawab untuk membantu untuk merileksasikan tubuh dan pikiran Park Tae-Hwan. Personal trainer Kwon Tae-hyun bertugas untuk mengontrol rutinitas latihan dan gizi Park Tae-Hwan. Penterjemah Kang Min-gyu mempermudah komunikasi antara Park Tae-Hwan dan pelatih asal Australia Michael Bohl.

Mereka berempat berperan penting dalam kesusksesan prestasi Park Tae-Hwan, namun tidak termasuk didalam Komite Olimpiade Korea atau Federasi Renang Korea, tetapi mereka bekerja untuk SK Telecom, sebuah operator seluler dengan pendapatan terbesar di Korea Selatan. Perusahaan memutuskan untuk mengambil alih tim secara lengkap dan menjalankannya secara langsung. Tim Ini direstrukturisasi kecuali ahli terapi fisik Park Tae-Hwan.
Setiap anggota tim bekerja untuk SK Telecom baik sebagai karyawan tetap atau berdasarkan kontrak. Perusahaan tersebutlah yang menyeleksi sampai menemukan tim terbaik dibalik kesuksesan Park Tae-Hwan. Mereka bertanggung jawab 100 persen atas pelatihan, Ini adalah bentuk tuntutan sponsorship karena strukturnya membuat mereka bertanggung jawab penuh atas hasil pelatihan.
Tujuan terbesar dari tim khusus ini adalah untuk mengembangkan Park Tae-Hwan menjadi perenang terbaik dunia dalam lomba 400 meter dalam proyek panjang selama empat tahun. "Ini adalah konsep yang berbeda dari mensponsori atlet dengan produk atau uang. Ini adalah model patokan yang dinginkan atlet.
Dalam menjalankan biaya pelatihan independen tim SK Telecom menghabiskan sekitar 1,5-2 milyar won (kurang lebih 17 miliar rupiah) setahun. Secara umum, atlet mendapatkan dana dari perusahaan sponsor dan membayar pelatih yang keluar dari kantong mereka sendiri.

Sponsorship telah melewati beberapa cobaan dan evolusi. SK Telecom memulai pembiayaan pelatihan Park Tae-Hwan pada bulan Juni 2007 dan beralih bentuk untuk menjalankan tim pelatihan independen untuk Park Tae-hwan selama empat tahun sampai Olimpiade London dimulai.
Kesuksesan perenang Park Tae-Hwan, merupakan sebuah contoh dari keterlibatan penuh dari konglomerat. Tentu bukan hanya ini kesuksesan mereka, perusahaan SK Telecom juga meraih sukses besar dalam pembinaan olahraga anggar dengan meraih 2 medali emas, 1 perak dan 3 perunggu pada olimpiade London 2012.

 


Sabtu, 20 Oktober 2012

Peran Pihak Swasta Dibalik Kesuksesan Korea Selatan Dalam Olimpiade London 2012 (1)

Dalam ajang multi event olahraga terakbar sedunia, Olimpiade London 2012, kontingen Korea Selatan berhasil menempati urutan ke-5 dengan menyumbangkan total 28 medali yang terdiri dari 13 medali emas, 8 perak dan 7 perunggu. Pencapaian ini merupakan reputasi terbaik selain jumlah perebutan medali, juga posisi urutan. Bahkan mengalahkan negara-negara maju dan besar seperti Jerman, Perancis, Italia, Australia dan Jepang dalam hal perolehan medali. Berkat sukses luar biasa tersebut, Korea Selatan patut mendapat pujian dan terpilih sebagai negara terunggul dalam meraih prestasi pada Olimpiade London 2012. Tentu saja, beberapa atlet Korea Selatan juga meraih medali perak dan perunggu, serta ada yang gagal sama sekali memperoleh medali dalam Olimpiade London. Akan tetapi, semangat dan tekad dari kontingen Korea Selatan yang mencurahkan upaya maksimal membuat warga penduduk di tanah air merasa terharu, bangga dan simpatik.
 
Mungkin kita bertanya-tanya bagaimana sebuah negara kecil dengan jumlah penduduk kurang lebih 50 juta jiwa, berhasil meraih medali emas begitu banyak. Selain bakat alami atlet 'dan pelatihan yang sangat sulit, dukungan penuh dari konglomerat besar ternyata memainkan peran penting. Di Korea Selatan, mereka menyebutnya 'olahraga elit’ bagi atlet yang berlaga di event internasional. Hal tersebut diidentifikasi dan pengembangan bakat melalui pelatihan intensif yang menghabiskan biaya besar, dan tanpa dana dari perusahaan, akan sulit untuk mempertahankan keberlanjutan tingkat pelatihan.
 
Pada tahun 2011, 10 konglomerat terbesar di Korea selatan menghabiskan 427.6 milyar won (kurang lebih 3,6 triliun rupiah) untuk pembinaan olahraga yang merupakan setengah dari anggaran Departemen Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan untuk olahraga yaitu 840.3 milyar won (kurang lebih 7,1 triliun rupiah). Tiga puluh satu persen dari 427.6 milyar won diberikan kepada olahraga yang kurang populer. Pembiayaan untuk olahraga amatir dilakukan sebagian besar dalam tiga cara. Lebih dari 47 milyar won dialokasikan untuk menjalankan tim olahraga amatir, 14 miliar won pada asosiasi dan badan pemerintah dan 71,4 miliar won untuk iklan dan peyelenggaraan event internasional.
 
Hampir setengah dari badan pemerintah dari 58 olahraga yang terdaftar pada Komite Olimpiade Korea Selatan (KOI-nya Indonesia) dipimpin oleh pengusaha, dengan 10 konglomerat pada 10 organisasi cabang olahraga. 10 konglomerat besar tersebut juga membina 23 cabang olahraga untuk 18 jenis olahraga yang kurang populer mulai dari tenis meja sampai panahan. Anggaran mencakup keseluruhan, termasuk seluruh biaya untuk pelatihan atlet, mendukung pertandingan internasional mereka, membangun fasilitas baru dan hosting event olahraga internasional.
 
Menyimak dari kesuksesan Korea Selatan dalam pembinaan olahraga, disadari bahwa ternyata salah satu kunci sukses besar berawal dari sinergi antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Yang kesemuanya harus berjalan searah. Serta dituntut peran nyata pihak swasta dalam membangun industri olahraga.

Senin, 11 Mei 2009

DEVELOPING HUMAN RESOURCE TOWARDS THE EXCELLENT OF SPORT MANAGEMENT

Author:
Assoc. Professor Dr. Mohd Salleh Aman
University of Malaya, Kuala Lumpur
International Seminar, Jambi, Indonesia
Saturday, 09 May 2009

Introduction
Sport plays an important role at the in individual, community, national and global level. For the individual, sport enhances one’s personal abilities, general health and self knowledge. On the national level, sport contributes to economic and social growth, improve public health and bring different communities together. On the global level, sport can have long- lasting positive impact on country’s development, public health, peace and environment. Sports are becoming one of the world's biggest and most lucrative industries, and they're not just the traditional games but also the high performance, competition and events, that involved management. Sports management has many different facets. Sports managers can handle the financial aspects of an athletic organization, create marketing strategies for special events, direct athletics in a school setting or help athletes negotiate contracts or sponsorship and endorsement deals. Other responsibilities may involve public relations, sporting goods sales, facility management, athletic fund raising or sports broadcasting. Those who focus on the sports medicine side of sports management will help athletes stay healthy through nutritional, fitness and psychological well-being. Regardless of specific responsibilities, sports management professionals often work irregular hours, including nights and weekends, and do a significant amount of travelling.
Human Resource Management (HRM): Concept and Practices
Humans are an organization's greatest assets; without them, everyday business functions such as managing cash flow, making business transactions, communicating through all forms of media, and dealing with customers could not be completed. Humans and the potential they possess drive an organization. Today's organizations are continuously changing. Organizational change impacts not only the business but also its employees. In order to maximize organizational effectiveness, human potential—individuals' capabilities, time, and talents—must be managed. Human resource management works to ensure that employees are able to meet the organization's goals. "Human resource management is responsible for how people are treated in organizations. It is responsible for bringing people into the organization, helping them perform their work, compensating them for their labors, and solving problems that arise" (Cherrington, 1995, p. 5). There are seven management functions of a human resources department that will be specifically addressed: staffing, performance appraisals, compensation and benefits, training and development, employee and labor relations, safety and health, and human resource research.
Human Resource Practices can be classified as “control” or “commitment” practices. The control approach aims to increase efficiency and rely on strict rules and rewards are based on outputs while the commitment approach aims to increase effectiveness and rely on conditions that encourage employees to identify with the goals of the organisation and work hard to accomplish those goals. High commitment human resource strategies work well synergistically, reflective of a general commitment strategy by forging psychological links between organisation and employee goals by developing committed workforce who can be trusted to use their discretion to carry out job tasks in ways that are consistent with organisation goals (Whitener, 2001; Meyer and Allen, 1997).
Pfeffer (1998) suggested that soft or high commitment human resource management practices are those that making; extensive communication about functioning and performance of the employees’ service; designing training for skills and personal development of employees; selective hiring; team-working where idea are pooled and creative solution are encouraged; rewards system that commensurate with effort; reduction of status between the management and staff and all workers are valued regardless of their role. These prescribe bundle of HR practices results in greater employee commitment and committed employees are more likely to exert themselves on behalf of the organisation. Further, the most fundamental process to influence effective commitment is an employee’s personal fulfilment based on met needs and positive work experiences (Meyer and Allen, 1997).
High commitment human resource management practices shapes employee behaviours and attitudes (job satisfaction and commitment) by developing psychological links between organisations and employee goals (Whiterner, 2001).This is supported by Williams (2004) that eight out of ten high commitment practices examined such as training, team working, reduced status, communication and involving employees in decision making had significant effects on worker attitudes based on the logic of normative theories of HRM. On the hand, Marchington and Grugulis (2000) critised Pfeffer’s work idea of ‘best-practice’ HRM practices of putting people first with suggest that particular bundle of HR practices can increase profits via commitment irrespective of organisational, industrial, or national context. They justify that these practices may not be so beneficial to workers, there is a decline of mutual commitment between the organisation and the employees and employees’ perceptions of work are what really matter. This is probably due to similar HR techniques may be perceived in dissimilar ways by employees in different situations.

Careers in Sport
When we talk about careers in sport we usually think of the glamorous lifestyle of some of the top sports stars. These sportspeople have outstanding ability. We must remember they are the lucky few. The rewards for the majority of professional sportspeople are much smaller.
There are many careers in sport apart from performing. Most of these jobs do not make the headlines, although they are essential to sport. For example, racing car drivers could not race without the team of people who support them.
Sport as a career
Performer
Working with performers
Science and health
Organisation
Media
Business
Practical work
Basketball
Boxing
Cricket
Cycling
Darts
Equestrian
Football
Golf
Motorracing
Rugby
Soccer
Tennis
Etc.
PE Teacher
Trainer
Coach
Instructor
Team-manager
Sports-Doctor
Physiotherapist
Sports psychologist
Dietician
Sport and exercise adviser
Sport Centre- manager
Leisure Officer
Administrator
Sports Dev Officer
Journalist
Commen-tator
T.V. Presenter
Manu-facturing
Retail
Sales
Agent
Groundsman
Mechanic
Match official
Performer
Job description: Playing sport at a high level
Main quality: Outstanding ability
Working with performers
Job description: Developing sports skills in others
Main quality: Ability to analyse and improve skill
Science and health
Job description: Improving sport performance
Main quality: Understanding of sport medicine
Organisation
Job description: Organising sporting activities
Main quality: Motivating others to take part
Media
Job description: Describing sport
Main quality: Communication skills
Business
Job description: Applying business understanding to sport
Main quality: Ability to see potential for profit in sport
Practical work
Job description: Doing practical work of a high standard
Main quality: High level practical skill

Future plan of human resource in sport management

We need to prepare our students at the Universities for advancing community development through sport and recreation program and professional / certification courses for jobs and careers at and in the area of the following:

1.School, college and university
2.Hotels, resorts
3.Factories, multi-national
4.Retail (specific and general): sport, fitness, recreation equipment
5.Manufacture
6.Repairs
7.Sport industry: motor sport, boats, fishing, dive, equestrian, swimming, x-sport, golf, martial art, etc.
8.Fitness: centres, gymnasiums, corporate, etc.
9.Beauty centres, health SPAs
10.Personal fitness trainer
11.Sport associations
12.Martial arts centres
13.Children’s playgrounds, parks, theme parks
14.Clubs: single, multi sports
15.Hospitals: physiotherapy, sport medicine, fitness
16.Senior citizens
17.Cardiac rehabilitation
18.Publications
19.Radio, TV, newspapers
20.Dance centres
21.Disabled
22.High rise buildings
23.Marinas
24.Sport tourism
25.Sport Law
26.Sport art
27.Sport photography
28.Sport coaching
29.Sport ICT
30.Sport architecture
31.Sport construction
32.Sport manufacture
33.Sport as entertainment

Research areas to be explored for creating more jobs in sport:

1.The economic impact of sport in Indonesia – including consumer sector, commercial sport sector, commercial non-sport sector, voluntary sector, central government sector and overseas sector.
2.A corporate approach to sport development in Indonesia – government link sport companies (government and private sectors joining forces for better use of the resources to generate income for sport development)
3.Creating and implementing sport tourism events in Indonesia – how to bid the international sport events. Make sure that the events have an economic impact on hotels, transport, food and beverages, places of interest, etc.
4.Human resource training needs for the sport industry in Indonesia – develop the training curriculum, teaching materials.
5.The development of outdoor recreation areas – walking, cycling, hiking, climbing, camping, sites for water sports, fitness and health, martial arts, hotels and resorts (Propose title: The development of the outdoor recreation industry and tourism in Indonesia).

References
Cherrington, David J. (1995). The Management of Human Resources. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Marchington, M & Grugulis, I. (2000) Best practice’ human resource management: perfect opportunities or dangerous illusion? International Journal of Human Resources Management 11(6), 1104-1124.
Meyer, J.P. & Allen N.J. (1997) Commitment in the workplace: Theory, research and application: Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc.
Pfeffer, J. (1998) ‘The Human Equation: Building profit by putting people first’. Boston MA: Harvard Business School Press.
Whiterner, E.M. (2001) Do “high commitment” human resource practices affect employee commitment? A cross level analysis using hierarchical linear modelling. Journal of Management, 27, 515-535.
Attachment A

UNDERSTANDING SPORT MANAGEMENT
Mohd Salleh Aman, Ph.D
Assoc. Professor, Sport Centre, University of Malaya

Definition of Sport: Sport means all forms of physical activity which, through casual or organised participation, aim at expressing or improving physical fitness and mental well-being, forming social relationships or obtaining results in competition at all levels. This is a wide definition of sport that extends far beyond traditional team games to incorporate individual sport and fitness-related activities such as aerobics and certain dance activities, as well as recreational activities such as long walks and cycling. It extends from casual and informal participation to more serious organised club sport, and for the minority involves complete commitment in pursuit of the highest levels of excellence at Olympic and World level. This wide and inclusive definition of sport extends its relevance to the whole population and its value as a significant player in the broader social agenda.
Sport Management: Sport Management includes event management, team and player management, as well as all elements of sport marketing, environmental analysis, market research, segmentation exercises, competitive analysis, SWOT analysis, budgeting and cash flow projections, etc. There are numerous aspects to sports management, some of them generic and others facility or sports-specific. Generic aspects of sports management include financial management, human resource management, marketing, health and safety management and public relations. Sport-specific aspects of
Sports Management will include facility management and operation, facility / activity programming, facility-related aspects of health and safety, sports marketing and sports development.
Sport manager’s skills: A sport manager needs to have both generic and specific management skills, and background knowledge of the general processes of management. In general terms, the aims of management are to ensure the best utilisation of resources, including people (human resources), money (financial resources) and information, to achieve short-term objectives and long-term goals of the organisations. The sport managers need to be clear about principles and objectives, know the resources and their value and understand the performance that is expected. What is being managed include the workplace, people, day-to-day operations, facilities, activities, development process and partnership working. According to Watt (2003), the potential manager should have technical knowledge, credibility, integrity, honesty, inspiration, commitment, enthusiasm, resilience, determination, willingness, love of sport, administrative ability, people skills, sense of awareness and sense of humour.
The Business of Sport: Sport is one of the fastest growing commercial activities in the world. Though the sports industry has not have the prodigious growth rate of the internet, it is – along with tourism – a rapidly growing industry that is not only gaining popularity on the global scene, but one that is constantly evolving to adapt to changing personal attitudes, new-fangled technologies and modern lifestyles. The sport industry has contributed a greater margin to the global GDP than ever before. In other words, it is a global industry that fosters a range of economic activity, providing employment – and entertainment – across all social strata globally. Sport has created a wider range of jobs that youngsters today can look forward to. E.g. sports psychology, sport medicine, sport technology, sport statistics, sport advertising, sport management, sports event management, sport marketing, to name a few. Sport also gives entertainment value - the fact that it provides sheer entertainment in live stadiums or sedate living rooms is the main reason sport has grown in popularity all over the world.

Sport management program: The right program should provide an under­standing of sports and sport management. Different sport seg­ments should be included in the curriculum such as professional, event and facilities, sports marketing, sports media and sporting goods. The curriculum committee should also think about looking at current student profiles (experience, goals, past education), examples of real-world learning brought into the classroom (class work, practi­cum projects, assistantships, internships, consulting) and instructors teaching subjects of particu­lar interest (industry experience in area, involvement in topic associations, research and publishing). Nowadays, experience in the industry is of key importance in sports. The community connected to a program is a powerful resource for sport management students. Building or having a large, active network within the sports industry can also greatly expand your job prospect contact options. This comes into play not only when prospecting for permanent positions, but also when working on class projects developing mentor relationships and landing internships.










































Attachment B

POST GRADUATE RESEARCH IN SPORT MANAGEMENT
1)Responsibilities of A Supervisor
2)Thesis Examination Report

Responsibilities of a Supervisor
Function
To assist and advise the student in the design, development and completion of a research degree program within the stipulated time
Effective supervisory relationship is crucial - ‘smart partnership’ / win-win orientation

Selection of Supervisor
Two supervisors:
Principal supervisor is normally an academic staff member of the University who demonstrates expertise and interest in the candidate’s chosen area of research.
Co-supervisor plays a significant role in the supervisory process and while not necessarily an expert in the content domain; to work closely with the principal supervisor in ensuring that the candidates is offered advice and assistance that is consistent and in-line with the mutually agreed arrangements.

Responsibilities of A Supervisor
1.Ensure that the students understand and adhere to the rules and regulations of the University’s graduate programme.
2.Establish at the beginning of the student’s research program the requirements on the frequency and format of meetings and progress reports. It is expected that a minimum schedule of fortnightly meetings be adhered to.
3.Assist the student in the planning and implementation of a research program that could be completed within the stipulated time.
4.Monitor the student’s progress in reviewing the necessary literature, maintaining systematic procedures, working methods, record keeping, etc.
5.Assist the student in the content domain of the research and ensure that the student participates in seminars and conferences and undertakes journal publication exercises.
6.Encourage the student to become an active member of University’s academic community by participating in seminars / conferences / workshops / intellectual discourses.
7.Determine the reasons for the student’s unsatisfactory progress. Factors for this may be as follows:

a.Lack of appropriate knowledge in the content domain,
b.Deficiency in research skills,
c.Lack of intellectual initiative,
d.Lack of appreciation of supporting literature,
e.Lack of appropriate resources (equipment, facilities, etc.)
f.Lack of urgency and time commitment,
g.Deficiency in language and general communication skills,
h.Lack of academic writing skills.

8.If the student’s progress is deemed to be unsatisfactory, then the necessary reasons for this (unsatisfactory) have to be determined.
9.The thesis prepared adheres to the format stipulated by the Institute of Graduate Studies.
10.Supervisors should read and review the drafts of the thesis as they are prepared and provide constructive feedback within one month or less.
11.When the thesis is ready for submission, the supervisor may propose the name of potential examiners to the Faculty Committee of Graduate Studies.
12.Ensure that the candidate understands the nature and process of the examination of the thesis.
13.Attend the candidate’s oral examination as an observer and make clarifications or suggestions when called upon to do so.
14.Ensure and certify that the necessary revisions are made to the thesis as determined by the examiners and that it is resubmitted to the Institute of Graduate Studies.
15.Certify that the final thesis has been successfully completed, and that it fulfills all the requirements stipulated by the university.

Thesis Examination Report
1.THESIS TOPIC (TITLE)
Grammatically correct
Reflects the actual research issues addressed in the study
The use of abbreviations are not allowed

2.ABSTRACT
The abstract accurately reflects the study that was conducted.
The abstract should contain a:
(i)brief statement of the problem or objectives
(ii)concise description of the research method and design
(iii)summary of the major findings
(iv)brief conclusion.

3.RESEARCH PROBLEMS AND OBJECTIVES
Background to the pertinent research issues is well discussed
The research problems well defined
The objectives are clearly stated and met by the research methodology
Suggest improvements, if necessary.

4.SCOPE AND RELEVANCE
The scope of the study is appropriate for the degree it is intended.
(i)Field of study
(ii)Research issues in a particular field
(iii)Practicability of the addressed research problem
(iv)Research objectives

5.LITERATURE REVIEW
Whether the literature review:
(i) Is relevant to the research issues
(ii) Is comprehensive and takes into consideration past and current literature
(iii) Is well reviewed, summarized, organized and consistent with the sequence
of the research issues addressed in the study
(iv) Is proportionate relative to the rest of the thesis
(v) Contain too much text book materials (it should be kept to a minimum)

6.METHODOLOGY/MATERIALS AND METHODS
Whether the :
(i) Collection, strengths and weaknesses of the data used in the study are
clearly specified
(ii) Research design (e.g sample size, choice of methods etc) is suitable and
appropriate to meet or address the specified objectives or research issues of the study.
(iii) Use or choice of methods is well defined and justified
(iv) Methods used in the study are clearly described to allow replication by
other researchers
(v) Statistical analysis or package used is appropriate
(vi) Methods used are properly and adequately referenced

7.ANALYSIS AND INTERPRETATION OF RESULTS
Whether the :
(i) Result obtained are in agreement with the stated objectives of study
(ii) Interpretation of the findings is logical or acceptable within the context of
the issues of interest
(iii) Analysis of the data using the chosen methodology has been properly
specified
(iv) Findings are discussed with appropriate references



8.PRESENTATION
Whether:
(i)The sequence of chapters, and sections in each chapter are able to facilitate the understanding of the research issues
(ii)Tables, pictures and any other form of summarized information properly labeled, numbered, and placed in the appropriate sequence and section of the thesis
(iii)The same research data is presented in more than one form (e.g. both table and figure)
(iv)Figures especially photographs are clearly reproduced.

(v)REFERENCES/BIBLIOGRAPHY
Determine:
(i) The extensiveness of the bibliography/reference list
(ii) Whether current references are included
(iii) Whether any reference cited in the text is missing or wrongly cited, and
(iv) Whether the format used in consistent throughout the list.

(vi)ACCOMPLISMENT AND/OR MERITS
Indicate whether:
(i)The author has clearly identified and discussed the contributions of the findings to the knowledge in the area, and the applicability of the findings in addressing the research problems in the study
(ii)The stated objectives are achieved
(iii)There are any other accomplishments that merit a mention

(vii)DEMERITS
Indicate whether:
a.The main weaknesses of the research and their impacts on the findings are properly addressed by the author
b.There are any other demerits (Example: contents, language, relevance, etc.)

(viii)RECOMMENDATION
Conclude the evaluation of the thesis by stating your professional opinion on the overall acceptability of the thesis (after taking into account all the above considerations), whether it is worthy of the degree pursued or otherwise. The outcome of the examination should be reported as one of the following:
a)Accepted
i)With dinstinction when all or most of the research findings have either been published or accepted for publication in citation-indexed journals, and requires minimal improvement in spelling, grammar and syntax only;
ii)Accepted with some corrections in spelling, grammar and syntax.



b)Accepted with minor modifications
A thesis is accepted with minor modifications if it requires any of the following: reformatting of chapters, improvement in declaration of research objectives or statements, insertion of missing references, amendment of inaccurately cited references, and minimal improvement in spelling, grammar, syntax and presentation.
c)Accepted with major modifications
A thesis is accepted with major modifications if it requires any of the following but not additional experimental work or data collection: major revision of the literature, major improvement in the description of the methodology, statistical analysis of the research data, re-presentation of written data in the form of figures or tables, and improvement in the discussion of results. The examiner may recommend the candidate seek the assistance of an editorial service if errors in grammar and syntax are extensive.
d)Re-submission of thesis
The thesis should be recommended for re-submission if it does not meet the scope of the degree for which it is intended, the objectives of the research are not met or when there are obvious flaws in the research design or methodology, and therefore, requires additional experiments or data collection.
e)Fail
A ‘Fail’ status is given if the thesis does not achieve the level of the degree for which it is intended.

All the best to all researchers in Sport Management:
Assoc. Prof. Dr. Mohd Salleh Aman, University of Malaya
amanms@um.edu.my Jambi, Indonesia, 2009

MANAJEMEN OLAHRAGA PENDIDIKAN

Oleh :
Prof. Dr. H. Harsuki, M.A.
Guru Besar Emeritus pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta

Makalah Disampaikan Pada Seminar Olahraga Internasional Yang Diselenggarakan
Oleh PORKES-FKIP Universitas Jambi, Dalam Rangka Peringatan
Dies Natalis Universitas Jambi ke 46
Diselenggarakan di Jambi
Tgl. 9 Mei 2009



I.PENDAHULUAN

Manajemen olahraga sebenarnya telah ada sejak zaman Yunani kuno yaitu kira-kira pada 12 abad sebelum Masehi, yaitu dengan diselenggarakannya Olympiade kuno. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya olahraga bagi kehidupan manusia. Manajemen olahraga dewasa ini belum berkembang secepat perkembangan olahraga industri atau bisnis. Hal ini disebabkan oleh karena adanya pendapat umum yang menghubungkan olahraga dengan “bermain”, sedangkan bisnis atau industri dengan “bekerja”.
Dengan telah berkembangnya olahraga sehingga menjadi disiplin ilmu tersendiri maka sebagaimana manajemen juga telah menjadi disiplin ilmu tersendiri, maka manajemen olahraga adalah merupakan inter dan cross disiplin antara kedua disiplin ilmu tersebut.
Kalau kita pinjam pengelompokan disiplin ilmu olahraga yang dibuat oleh Olympic Scientific Congress di Quebec City, Canada tahun 1976, maka dikenal adanya 4 kelompok, yaitu :

A.Ilmu-ilmu Biologi (Biological Science).
1.Fisiologi olahraga
2.Biomekanika olahraga
3.Kesehatan olahraga {Sport Medicine}
4.Gizi olahraga {Sport Nutition} , dll.

B.Ilmu-ilmu peri laku manusia (Behavioral Science)
1.Pendidikan olahraga (termasuk Coaching)
2.Psikologi olahraga
3.Sosiologi olahraga
.
C.Humaniora (Humsnities),
1.Filsafat olahraga
2.Sejarah olahraga
3.Teologia olahraga.

D.Varia (yang berarti agak sukar dikelompokkan), seperti
1.Manajemen olahraga
2.Infra struktur olahraga (Sport Facilities)
3.Jurnalistik olahraga (Sport Journalistic / Publisistic)
4.Hukum olahraga (Sport Law) {Proceeding : Olympic Scientific Congress, Quebec City, Canada , 1976).

Kalau kita simak Undang-Undang R.I. No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, maka dikenal adanya tiga ruang lingkup olahraga [Pasal 17] yaitu
1. olahraga pendidikan
2. olahraga rekreasi
3. olahraga prestasi. ( U.U. R.I. No. 3 , Tahun 2005)
Dari sudut pandang manajemen maka olahraga prestasi tersebut dapat dibagikan dalam dua bagian yaitu manajemen ollahraga yang berada dalam lingkup gerakan olimpik (olympic movement) dan olahraga yang dikelola secara profesional.seperti tinju pro dan olahraga balap mobil Formula 1 dll.

II.ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN.

Dewasa ini istilah administrasi dan manajemen digunakan dalam arti yang hampir sama artinya. Ada kelompok yang senang menggunakan administrasi sementara kelompok lain senang menggunakan manajemen , tentu saja masing-masing mempunyai argumentasinya sendiri-sendiri.
Amerika Serikat misalnya , menamakan administrasi pemerintahannya dengan President Obama Administration. Pemerintah R.I. juga menjalankan administrasi negara.sebagai terjemahan dari public administration. Di Amerika gelar S2 dalam bisnis diberikan gelar MBA (Master of Business Administration)., sedangkan gelar S2 dalam bidang administrasi negara diberi gelar MPA (Master of Public Administration). Di Indonesia ,Universitas Indonesia dan Gajah Mada memberikan gelar S2 dengan M.M. (Magister Manajemen). Demikian juga Uniiversitas Negeri Jakarta, program studi pasca sarjana yang dulu bernama Administrasi Pendidikan (A.P.) sekarang di rubah menjadi Manajemen Pendidikan (M.P.) dengan alasan yang kurang jelas.
Sedangkan Internasional Olympic Committee (I.O.C.) sendiri menggunakan istilah Administrasi yang .lebih luas pengertiaanya dari pada istilah Manajemen. (IOC, Sport Administration Manual, 2001). Hubungan antara Administrasi dan Manajemen digambarkan secara jelas seperti bagan dibawah ini.




Sementara itu Sondang Siagian merinci keterkaitan antara administrasi dan manajemen sebagai terlihat pada bagan dibawah ini.


Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
Manajemen merupakan inti dari administrasi
Leadership merupakan inti dari manajemen
Human relation merupakan inti dari leadership. (Sondang P. Siagian.)

Demikian juga pengertian atau definisi tentang manajemen itu sendiri banyak dikemukakan oleh para pakar sesuai dengan pendapat dan keyakinannya sendiri.

Misalnya Daft dan Marcic mengatakan bahwa “manajemen sebagai pencapaian tujuan organisasi dalam suatu ragam yang efektif dan efisien melalui planning, organizing, leading dan controlling sumber-sumber organisasi.(Daft and Marcic, (1998).
Sementara itu DuBrin, Ireland, and Williams memberikan definisi manajemen sebagai suatu proses koordinasi dan integrasi dari penggunaan suatu sumber-sumber organisasi {( seperti human (manusia), financial (uang), physical (fisik), informational / technological (informasi dan teknologi), technical (teknik) } untuk mencapai tujuan khusus melalui fungsi-fungsi planning, organizing, leading, controlling, and staffing Untuk lebih jelasnya periksa bagan dibawah ini.








Pemakalah cenderung untuk menggunakan model dari DuBrin dengan kawan-kaqwan tersebut sebagai model untuk dipergunakan untuk mencapai tujuan pada olahraga pendidikan, khususnya guru-guru olahraga pendidikan (pendidikan jasmani dan olahraga.) maupun untuk kepala sekolah. Model yang tertera pada bagan diatas disebut sebagai “proses manajemen”.
Proses manajemen yang moderen menggunakan upaya kerjasama dan teknologi yang up to date, misalnya lap top , alat ukur untuk tes physical fitness, dll.


III.RAGAM MANAJEMEN OLAHRAGA

Sebagaimana diketahui bahwa U.U. R.I. No. 3 , Tahun 2005, Tenrang Sistem Keolahragaan Nasional, pada Bab IV menyebutkan adanya tiga ruang lingkup olahraga.yang meliputi kegiatan Olahraga pendidikan , olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Oleh karenanya dikenal manajemen Olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Manajemen olahraga pendidikan diterapkan dilingkungan sekolah baik pendidikan formal , non formal maupun pada perguruan tinggi. Manajemen olahraga rekreasi diterapkan pada organisasi olahraga masyarakat. Sedangkan manajemen olahraga prestasi umumnya digunakan oleh induk-induk organisasi olahraga , tingkat kabupaten dan kota, tingkat propinsi maupun tingkat nasional, maupun pada organisasi perkumpulan-perkumpulan olahraga, termasuk juga olahraga profesional.

Disamping itu terdapat juga pembagian manajemen olahraga pemerintah dan manajemen olahraga non pemerintah atau swasta, seperti manajemen bisnis dan manajemen industri olahraga. Pembagian menurut fungsinya , seperti manajemen perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, pemasaran, dll.

Pembagian menurut sumber daya, seperti manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, manajemen fasilitas olahraga (infra struktur) dan sumber daya materi, seperti komputer, foto copy, alat olahraga dan peralatan kesehatan. Pembagian seperti diatas tidaklah baku, namun masih ada variasi-variasi lain yang dewasa ini banyak dikembangkan seperti misalnya manajemen perencanaan saja kita kenal “strategic planning”, network planning , dll. Demikian juga model-model manajemen lain untuk tujuan-tujuan tertentu juga dikembangkan, misalnya “management by objectives”, “planning, programming and budgetting system”, “total quality management” , dll.


IV.FUNGSI – FUNGSI MANAJEMEN.

Sebagimana diketahui para sarjana masih belum ada keseragaman mengenai jumlah fungsi-fungsi manajemen. Barangkali konsesus yang dapat disepakati adalah terdapatnya dua klasifikasi utama yaitu : A. Fungsi-fungsi organik, dan
B.Fungsi pelengkap. ( Sondang P. Siagian, 1989).

A.Contoh teori fungsi-fungsi yang organik dari manjemen.
1.George R. Terry , megklasifikasikan fungsi-fungsi manajemen sbb. :
a.Perencanaan (Planning)
b.Pengorganisasian (Organizing)
c.Penggerakan (Actuating)
d.Pengawasan (Controlling)
2.Koontz dan O”Donnel membagikannya sbb
a.Planning
b.Organizing
c.Staffing
d.Directing
e.Controlling.
3.Henry Fayol, mengatakan sbb.
a.Planning
b.Organizing
c.Commanding
d.Coordinating
e.Controlling.
4.Luther M. Gullick, membagikan sebagai demikian :
a.Planning
b.Organizing
c.Staffing
d.Directing
e.Coordinating
f.Reporting
g.Budgetting.
5.John F. Mee berpendapat sbb.
a.Planning
b.Organizing
c.Motivating
d.Controlling.
Sementara itu Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) membagikan fungsi tsb
a.Perencanaan ,sebagai rintisan dan persiapan sebelum pelaksanaan, sesuai
kebijaksanaan yang dirumuskan.
b.Pengendalian, sebagai pengarahan , bimbingan dan koordinasi selama
pelaksanaan.
c.Penilaian, untuk memperbandingkan hasil pelaksanaan dengan keinginan,
Setelah pelaksanaan selesai.
Sedangkan pemakalah cenderung untuk menggunakan pendapat DuBrin, Ireland dan Williams seperti yang tertera pada bagan diatas, yaitu:
a.Planning
b.Organizing
c.Leading
d.Controlling
e.Staffing.
B.Adapun fungsi pelengkap dari manajemen, misalnya seperti dibawah ini :
1.Pesawat telepon
2.Komputer
3.Kendaraan bermotor
4.Air conditioner, dll.
Dengan penjelasan bahwa andaikata fungsi pelengkap itu tidak tersedia, namun organisasi tersebut masih akan dapat berlansung. Lain halnya kalau fungsi yang organik itu tidak ada, maka lambat laun organisasi tersebut akan mati.


V.KEPEMIMPINAN

Diatas telah dijelaskan bahwa inti dari manajemen adalah kepemimpinan Jadi dalam manajemen kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting , karena kepemimpinan merupakan modal penggerak bagi sumber-sumber (resources) dan alat-alat, manusia dan peralatan lainnya, dalam suatu organisasi. Kepemimpinan adalah ketrampilan tentang mempengaruhi kegiatan, situasi , persepsi dan pengharapan dari perorangan dan kelompok dalam suatu upaya menjadikan mereka berjuang keras guna mencapai tujuan organisasi pada situasi tertentu. Dalam bidang pendidikan pemimpin yang paling penting adalah para orang tua, kemudian para guru, baru kemudian para manajer.
Seringkali ciri-ciri atau sifat yang terkait dengan kepemimpinan diklasifikasikan dalam beberapa judul seperti :
1.Kapasitas (Capacity),
Termasuk intelegensi, keaslian, komunikasi dan keputusan.
2.Prestasi , pencapaian ( Achievement),
Termasuk knowledge, understanding, scholarship, extracurricular, dan servis.
3.Tanggung jawab (Responsibility),
Termasuk ketergantungan (dependability), prakarsa (initiative), ketekunan (persistence), sikap agresif (aggressiveness), percaya diri (self-confidence), kemauan untuk mengungguli (desire to excel).
4.Partisipasi (Participation).
Termasuk aktivitas (activity), ramah tamah (socialability), kerjasama (cooperation), humor, mudah menyesuaikan (adaptability), dan
5.Status, seperti socioeconomic, popularity dan following (Pierce and Newstrom, 2000)

Pemimpin dapat dibagikan dalam dua bagian :
A.Formal.
Karena kedudukannya sebagai pejabat (hierarchis) misalnya jabatan dalam kepegawaian negeri atau TNI dan POLRI, maka ia diangkat jadi pemimpin.
B.Masyarakat.
Umumnya dipilih karena kegiatannya dalam organisasi kemasyarakatn. Misalnya KONI, Induk organisasi cabang olahraga, Perkumpulan, RT maupun RW.

Selain itu masih ada pembagian kepemimpinan menurut tipenya., yaitu:
1.Otokratis
2.Militerisris
3.Paternalis
4.Kharismatis, dan
5.Demokratis.


VI.TEORI TENTANG ADMINISTRASI / MANAJEMEN.

Di Amerika Serikat banyak program pendidikan jasmani di kelola oleh orang (guru) yang memiliki pengalaman praktis. Mereka telah belajar administrasi dan manajemen melalui pengalaman mereka serta pengertiannya mereka sendiri. Pengalaman praktis , meskipun sangat berfaedah, namun belum nencukupi. Adalah juga sangat penting untuk mengetahui temuan penelitian dari para akademisi yang telah mempelajari administrasi dan manajemen, dan yang melalui penelitiannya dapat memberikan pandangannya dalam bidang :
struktur organisasi
peranan kepemimpinan, dan
aspek hubungan antar manusia,
yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan.
Yang sangat berharga adalah kombinasi antara pengalaman dan pengertian serta aplikasi dari teori yang ilmiah. Guru pendidikan jasmani , karenanya, akan dapat meningkatkan produktivitasnya dalam proses manajemen , bilamana mereka mengerti administrasi secara teori maupun praktek.

Teori Administrasi Tradisional.
Terdapat tiga teori tradisional tentang filsafat administrasi., ysitu Authoritarian , Equalitarian (Democratic) dan Laissez-faire. Rincian penjelasannya adalah sbb.
1.Authoritarian.
Filsafat ini biasanya mengisyaratkan kepemimpinan oleh satu orang dengan pengambilan keputusannya diambil olehnya sendiri tanpa mengikut sertakan anggota kelompok.
2.Demokratik atau Equalitarian.
Filosofi ini menggambarkan seorang pemimpin yang menyerahkan masalah yang penting pada diskusi kelompok dan mengikut sertakan anggota kelompok dalam membuat keputusan.
3.Laissez-faire. Filsafat ini mengisyaratkan seorang pemimpin yang memberikan bimbingan pada kelompok
anggota tetapi menyerahkan pengambilan keputusannya pada kelompok itu.
Pandangan diatas mungkin dianggap sebagai tradisional, sebab pemimpin tidak diperkenankan mengombinasikan sebagai sebagaian authoritarian , sebagaian demokratic dan sebagai laissez-faire, untuk situasi tertentu.
Filsafat tradisional memandang para pemimpin sebagai “absolutes”, yang tentu sja tidak realitis sebab hakikat dari personalitas manusia jarang sekali sampai begitu ekstrim.

Teori Administrasi moderen.
Dalam bukunya Johnson mengusulkan konsep filsafat adninistrasi tiga dimensi yang mempertimbangkan bahwa seorang pemimpin mungkin memiliki kecenderungan terhadap ketiga orientasi tradisional tersebut. Dalam menggambarkan filsafat tiga dimensi tersebut ia membuat nilai dalam angka-angka bagi pola kepemimpinan tradisional.

Jumlah maksimal 5 menunjukkan kepemimpinan seluruhnya dalam satu orientasi. Dengan demikian seorang administrator otoriter yang klasik akan digambarkan sebagai 5 : 0 : 0 . Pola kepemimpinan digambarkan secara alfabetis dari kiri ke kanan. Lihat Gambar dibawah. ( Dr. Marion Lee Johnson, 1971)




Pemimpin yang demokratis akan di gambarkan sebagai 0 : 5 : 0 , sedangkan pemimpin yang laissez faire akan digambarkan sebagai 0 : 0 : 5.

Oleh karena hampir tidak ada kepemimpinan yang ekstrim (angka 5), maka seorang adminstrator yang kuat sebagai pemimpin otoriter, tetapi kadang-kadang menempuh prosedur yang demokratis, kemungkinan mendapatkan nilai 4 : 1 : 0. Kombinasi angka-angka dapat diperoleh dengan menggunakan model tiga dimensi.


Teori Sistem Administrasi.
Teori sistem adalah suatu perluasan dari perspektif humanistik yang menguraikan organisasi sebagai sistem yang terbuka, sinergistik dan saling ketergantungan..
Sistem teori administrasi berasal dari pertumbuhan yang cepat dari teknologi dan manajemen belakangan ini. Dengan meminjam teknik dari dunia bisnis , administrator telah membangun model yang membawa secara bersama-sama segi-segi dari suatu organisasi.
Teori sistem didefinisikan sebagai suatu metode yang di rancang untuk mengumpulkan data pada komponen-komponen yang berkaitan dan berinteraksi, yang apabila bekerja dalam suatu ragam integrasi , dapat membantu merampungkan suatu atau bermacam tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Aplikasi dari strategi ini dinamakan suatu teori sistem dsri administrasi.
Pendekatan sistem memberikan suatu kerangka konseptual untuk mengintegrasikan komponen-komponen yang bermacam-macam dalam suatu organisasi dan untuk menghubungkan , sebagai contoh , manajemen sumber daya manusia (recruitment, selection, development, assessment, adjustment) dengan kebutuhan organisasi yang lebih besar. Masukan atau informasi dari organisasi (seperti “human” dan “financial”) digunakan untuk mengubah (dengan kerja kelompok) sistem menjadi produk, hasil atau servis.


VII.SUMBER DAYA (RESOURCES)

Apakah suber daya itu ? Sumber daya adalah suatu bantuan yang dapat diambil untuk membantu
anda untuk mencapai atau melakukan sesuatu. Jadi jelas bahwa salah satu ketrampilan yang sangat
penting bagi seorang administrator olahraga adalah menentukan kebutuhan-kebutuhan,
mengidentifikasi sumber-sumber daya yang akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
kemudian memperoleh sumber daya yang diperlukan.
Sumber daya tersebut antara lain adalah :
1.Sumber daya manusia.
2.Sumber daya keuangan.
3.Sumber daya materi
4.Sumber daya fasilitas.
( IOC , Sport Administration Manual, 2005 )

Sementara itu Bucher and Krotee membagikan sumber daya dalam lima bagian, yaitu
1.Sumber daya manusia
2.Sumberdaya keuangan
3.Sumber daya fisik
4.Sumber daya informasi / teknologi
5.Sumber daya teknis.

Selanjutnya Bucher and Krotee memberi contoh untuk sekolah di Amerika sbb.
1.Sumber daya manusia : Direktur Departemen Olahraga (Athletics Director) , Pelatih, Karyawan pendidikan jasmani dan olahraga kantor kota, guru penjas dan olahraga.
2.Sumber daya keuangan : pendapatan pajak dan penerimaan uang karcis pertandingan antar sekolah.
3.Sumber daya fisik : stadion dan lapangan outdoors, serta fasilitas indoors.
4.Sumber daya informasi : jadwal pertandingan, dan jadwal transportasi serta liga olahraga sekolah.
5.Sumber daya teknis : pendaftaran siswa terbuka serta undang-undang penyandang cacat
bagi para siswa.
Bagi universitas , sumber daya teknis itu dapat berupa : pengembangan web site, dan protocol testing obat terlarang..


VIII.PEMECAHAN MASALAH

Dikatakan bahwa suatu masalah (problem) atau krisis adalah sustu kesempatan yang berbahaya, ini adalah sesuatu yang mempunyai ketegangan sendiri, tetapi ini juga mempunyai kesempatan bagi pemecahan yang relatif berfaedah.
Terdapat enam langkah dalam pemecahan nasalah :
1.Mengenali dan mendefinisikan masalah
2.Menganalisis dan menjelaskan masalah
3.Mencari alternatif pemecahan
4.Memilih suatu pemecahan
5.Mengetrapkan pemecahan.
6.Mengevaluasi keputusan.

Prosesnya adalah sebagai berikut :
1.Mengenali dan mendefinisikan masalah.
a.Apa symptoms-nya (tanda-tandanya) ?
b.Kapan pemunculan yang pertama ?
c.Apa yang terjadi sebelum itu ?
d.Kejadian apa yang menggambarkan masalah ?
e.Apa sebenarnya yang menjadi masalah ? Berikan pertanyaan yang jelas dengan data yang khusus.
f.Bagaimana masalah tersebut mempengaruhi saya atau
g.Bagaimana saya memberikan kontribusi pada keberadaan yang terus menerus pada masalah ?
h.Apa yang tidak saya kerjakan untuk menolong menghilangkan masalah itu ?
2.Menganalisis dan menjelaskan masalah.
a.Siapa yang melihat bahwa ini adalah suatu masalah ?
b.Mengapa ia melihat bahwa ini adalah masalah ?
c.Siapa yang dipengaruhi oleh masalah itu ?
d.Bagaimana ia mempengaruhinya ?
e.Faktor-faktor lain apa saja yang mempengaruhi masalah ? (Anggaran, sikap, dll.)
f.Bagaimana anda terlibat pada masalah itu.?
g.Perubahan apa yang ingin anda lihat ?
h.Siapa yang memiliki power untuk membuat perubahan ?
i.Kekuatan positif apa yang ada yang akan menolong anda memecahkan masalah ?
j.Kekuatan negatif apa yang ada yang akan menghambat anda memecahkan masalah ?
3.Mencari alternatif pemecahan.
a.Blue skying.
Kita membayangkan bahwa sudah tahu dari sekarang. Anda masih menyenangi faedah dari perubahan yang positif yang telah anda buat sebagai suatu hasil proses pemecahan masalah hari ini. Anda hanya mengalami sedikit kesulitan didalam pemecahan masalah sebelumnya.
b.Brainstorming (curah pendapat) , aturan dalam brainstorming adalah sbb. :
- Catat setiap ide yang keluar dari pikiran.
- Jangan memberi komentar atau evaluasi pada ide yang disajikan.
- Boleh juga mengulangi ide.
- Pikirkan pemecahan baru atau ide untuk 3 atau 4 menit.
- Hentikan jika ada yang melanggar aturan.
4. Memilih suatu pemecahan.
a. Identifikasikan sebanyak mungkin alternatif pemecahan masalah.
b. Identifikasikan ciri-ciri yang penting untuk evaluasi setiap alternatif.
c. Adakan tes setiap pemecahan alternatif dengan ciri-ciri. Tentukan bila satu alternatif
muncul lebih beralasan dari yang lain.
d.Bila perlu, adakan tes pada alasan anda dan memilih pemecahan pada yang lain.
5.Menerapkan pemecahan.
a.Buatlah daftar langkah-langkah kegiatan utama yang akan anda ambil.
b. Terangkan langkah-langkah ini dalam urutan yang engkau harapkan akan terjadi.
- Instansi mana yang anda perlukan untuk memproses pemecahan masalah anda.
- Kelompok kuci mana atau perorangan mana yang anda inginkan untuk terlibat
guna menyediakan sumber-sumber daya.
- Kendala utama apa yang perlu diatasi ?
- Langkah pertama mana yang perlu diambil pada minggu-minggu yang akan
datang?
- Siapa yang akan mengambil inisiatif ?
-Siapa yang perlu untuk selalu dilapori ?
6. Evaluasi.
a. Perubahan apa ?
b. Sistem feedback apa yang anda gunakan ?
c. Data kuantitatif apa yang dapat anda ukur guna menunjukkan perubahan ?
d. Area yang bagaimana yang untuk perbaikan yang anda akan lihat ?
IX.PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap sesuatu masalah yang dihadapi. Pendekatan yang sistematis itu menyangkut pengetahuan tentang hakikat dari masalah yang dihadapi, pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah yang dihadapi, analisis masalah dengan menggunakan fakta dan data, mencari alternatif pemecahan, menganalisis setiap alternatif sehingga diketemukan alternatif yang paling rasional,dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai akibat dari keputusan yang diambil.
Pengertian diatas menunjukkan dengan jelas beberapa hal sbb.
1.Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan.
2.Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara asal jadi, karena cara pendekatan pengambilan keputusan harus didasarkan pada sistematika tertentu. Sistematika tersebut didasarkan pada :
a.Kemampuan organisasi menyediakan sumber-sumber daya material.
b.Tenaga kerja yang tersedia
c.Filsafat yang dianut oleh organisasi.
d.Situasi lingkungan baik intern maupun extern.
3.Hakikat masalah itu harus diketahui dengan jelas.
4.Keputusan yang diambil adalah keputusan yang dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisis secara masak.
Pengambilan keputusan dalam suatu organisasi dapat penuh dengan ketegangan yang besar dan perasaan yang kurang enak. Adalah sangat penting bahwa pimpinan atau pemimpin dari kelompok sadar akan pilihan metode yang tersedia untuk mengambil keputusan.

Harap menjadi perhatian bahwa anda mengetahui :
1.Apa sebenarnya yang anda akan putuskan ? Sebagai contoh : pada tahan pemecahan masalah yang mana anda berada.
2.Siapa saja yang perlu terlibat ? Instansi mana yang diperlukan ?
3.Bagaimana seharusnya mereka terlibat ? Ataukah langsung secara konsultatif atau hanya perlu diinformasikan saja?
4.Kapan harus anda putuskan

Terdapat Lima Metode Pengambilan keputusan.
1.Keputusan oleh penguasa tanpa diskusi kelompok.
2.Keputusan oleh penguasa setelah diskusi kelompok.
3.Keputusan oleh minoritas.
4.Keputusan oleh suara terbanyak.
5.Keputusan dengan konsensus

X.PENUTUP
.
Sebagai penutup dari makalah ini ingin disarankan kepada pejabat ataupun guru-gur pendidikan jasmani dan olahraga, pendidikan olahraga atau olahraga pendidikan untuk mengelola pendidikan olahraga ini secara baik dan cermat dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen terutama yang dipergunakan untuk mengelola pendidikan jasmani dan olahraga.
Pada dasarnya terdapat tiga bagian program pendidikan jasmani dan olahraga , yaitu
1.Pembelajaran (instructional), wajib untuk semua siswa.
2.Intramural dan program olahraga rekreasi. (kegiatan diluar jam pelajaran , namun kegiatannya terbatas di dalam sekolah)
3.Intersholastic. (pertandingan antar sekolah , bisa juga pertandingan antar sekolah yang lasimnya diselenggarakan juga oleh POPSI).
Ketiga bagian program pendidikan jasmani dan olahraga itu juga dapat dilaksanakan pada Perguruan Tinggi.
Demikianlah makalah singkat yang dapat disajikan , yang sebenarnya bahan ini disajikan untuk memancing agar berlangsung diskusi antar para peserta. Semoga makalah ini ada manfaatnya.



Jakarta , 4 Mei 2009.

HSK





DAFTAR PUSTAKA


1.Bucher, Charles A., Administration of Physical Education and Athletic Program, the C.V. Mosby Company, St. Louis, 1979.

2.Bucher, Charles A., and Krotee, Marc L., Management of Physical Education and Sport, McGraw-Hill, Boston, 2002.

3.Davis, Howard M., Basic Concept of Sport Information, Jeste Publishing Co., East Longmeadow, 1993.

4.International Olympic Committee, Olympic Charter, IOC, Lausanne, 2001.

5.Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, CV. Haji Masagung, Jakarta , 1993.

6.Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Sistem Manajemen Nasional (Simenas), Lemhannas, Jakarta , 1989.

7.Lewis, Guy, and Appenzeller, Herb , The Susccesful Sport Management, The Michie Company Law Publishers, Charlottesville, Virginia, 1985.

8.Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Pola Dasar Pembangunan Olahraga, Kantor Menpora, Jakarta, 1984.

9.Olympic Solidarity, Sport Administration Manual, IOC, Lausanne, 2005.

10.Parks, Janet B. and Quarterman, Jerome. , Editors, Contemporary Sport Management, Human Kinetics, Champaign, IL, 2003..

11.Siagian, Sondang P., Filsafat Administrasi, CV Haji Masagung , Jakarta, 1989.

12.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3, Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Jakarta , 2007.

KEBIJAKAN FKIP UNJA DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI PORKES

Oleh:
Drs. Affan Malik, ME
Dekan FKIP Universitas Jambi


Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia di bidang olahraga, kampus merupakan salah satu tempat yang tepat guna pengembangan ilmu olahraga penunjang prestasi. Di Indonesia dewasa ini berdiri ratusan perguruan tinggi atau lembaga pendidikan tinggi baik negeri maupun swasta dalam bentuk universitas, institut maupun sekolah tinggi.
Dari sekian banyak itu baru 4 perguruan tinggi berstatus negeri yang menyelenggarakan program doktor yang terkait dengan bidang ilmu keolahragaan, yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Negeri Semarang (UNES) dengan program doktor Pendidikan Olahraga (Sport Education), Universitas Negeri Surabaya dengan program doktor Ilmu Keolahragaan (Sport Science); dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan program doktor Pedagogi Olahraga (Sport Pedagogy). Sedangkan lembaga pendidikan tinggi yang besar dan ternama di Indonesia seperi UI, UGM, ITB, selama ini belum mengembangkan program studi yang khusus terkait dengan bidang ilmu keolahragaan dalam bentuk fakultas atau jurusan tersendiri. ITB baru menikmati keberhasilan program Mata Kuliah Umum (MKU) olahraga dalam membentuk karakter mahasiswanya, dan sedang menata sistem untuk mengembangkan bidang olahraga sebagai suatu kajian, sedang UI baru membuka konsentrasi Psikologi Olahraga pada Program Doktor Psikologi, dan UGM pernah membuka pusat Studi Olahraga, namun semenjak Rektor Profesor Sofian Effendi pusat studi itu mengalami restrukturisasi akhirnya hilang tanpa berita.
Kondisi tersebut di atas bertolak belakang dengan apa yang terjadi di negara-negara maju, justru universitas-universitas ternama di sana selain telah mengembangkan pusat-pusat kajian olahraga juga membuka dan mengembangkan bidang ilmu keolahragaan dalam bentuk jurusan dan fakultas, sebagai misal di Amerika: Michigan State University terdapat jurusan Kinesiologi; Miami University in Ohio terdapat jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Kajian Olahraga; Florida State University terdapat jurusan Ilmu Keolahragaan dan Latihan; University of Montreal (Canada) yang membuka jurusan Kinesiologi; University of Western Australia ada Jurusan Gerak manusia; Ruhr University of Bochum (Jerman) terdapat Fakultas Ilmu Keolahragaan (Dosil: 2006; Thomas & Nelson: 2001; Morris & Summer: 1995). Lebih dari 10 tahun yang lalu di Jerman setidaknya sudah ada 68 lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan program doktor yang terkait dengan ilmu keolahragaan dan berhak memberi gelar PhD atau EdD (Haag, 1994). Di Amerika Serikat terdapat 125 program doktor yang terkait dengan bidang ilmu keolahragaan yang tersebar di berbagai universitas, dan di Canada tidak kurang dari 35 universitas menyelenggarakan program doktor ilmu keolahragaan (Bouchard, dkk. ;1992). Sedikitnya lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang menyelenggarakan program doktor dalam bidang olahraga, memberi gambaran bahwa kajian ilmu keolahragaan belum menjadi prioritas kebijakan pemerintah (departemen Pendidikan Nasional) dan perguruan tinggi terkait khususnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa SDM masih sangat terbatas. Kondisi ini berimplikasi terhadap rendahnya sumber daya manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Kemampuan inovasi suatu bangsa dalam bidang olahraga terkait erat dengan kualitas sumber daya manusianya, yang berarti juga kualitas sistem pendidikan tingginya. Sangat wajar apabila perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Dewasa ini daya saing bangsa dalam bidang olahraga umumnya dan olahraga prestasi khususnya terkait langsung dengan kekayaan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga. Faktor ini merupakan salah satu penyebab menurunnya pencapaian prestasi olahraga Indonesia di percaturan olahraga regional dan internasional yang bersifat multi even seperti SEA Games, begitu pula Asian Games, terlebih Olympiade yang semakin tertinggal. Di tengah-tengah keterbatasan dalam kajian bidang ilmu keolahragaan dan ketertinggalan prestasi olahraga bangsa di tingkat internasional, lembaga pendidikan tinggi penyelenggara program pendidikan ilmu keolahragaan seperti FPOK/FIK/JPOK yang berada di universitas-universitas eks IKIP sebagai garda terdepan dalam mempersiapkan sumber daya manusia bidang olahraga


Dalam rangka pengembangan Universitas untuk mewujudkan masyarakat ilmiah yang siap menghadapi era globalisasi dan persaingan pasar bebas tahun 2020 yang akan datang. Maka sistem pendidikan di tingkat Universitas, tidak hanya terkait dengan aspek kognitif tetapi juga aspek psikomotorik yang memiliki dampak nyata terhadap sukses akademis para mahasiswa. Pembinaaan mahasiswa melalui pelayanan berupa penyediaan fasilitas belajar sudah merupakan kewajiban Universitas dalam memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memilih kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah setelah mereka menyelesaikan perkuliahannya. Salah satu kegiatan adalah di bidang olahraga yang menjurus kepada pencapaian prestasi.
Memasuki abad-21 kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) olahraga berkembang dengan pesat, termasuk pengelolaan pembelajaran pendidikan di pendidikan tinggi khususnya pada jurusan pendidikan olahraga. Berbagai pemikiran yang memiliki implementasi terhadap prakiraan dan praktisi olahraga. Berbagai pemikiran yang memiliki implementasi terhadap program pengembangan olahraga makro telah menjadi basis bagi pembinaan kompetensi mahasiswa untuk menjadi ujung tombak dalam pembinaan olahraga di propinsi Jambi yang memiliki kompetensi serta kualifikasi yang handal. Untuk itu di perlukan upaya yang mengarah kepada peningkatan kompetensi dan kualifikasi tersebut yaitu penyediaan Sarana dan Prasarana olahraga yang dimiliki oleh Universitas Jambi sebagai media dalam membawa Universitas Jambi menjadi Center of Excellent di bidang olahraga.
Dalam rangka Peningkatan Program Studi PORKES, maka di perlukan upaya untuk mendukung proses pembelajaran mahasiswa dengan melengkapi sarana dan prasarana Olahraga sebagai wadah pembinaan keolahragaan mahasiswa Universitas Jambi secara umum, serta kemungkinan melengkapi sarana dan prasarana Olahraga di Propinsi Jambi untuk dapat digunakan sebagi tempat diselenggarakannya PORDA, PON dan event lainya. Dengan demikian, perlu dibangun sarana prasarana yang memadai dengan standar yang baku untuk Universitas Jambi yang terletak di Propinsi Jambi.


Animo masyarakat yang mengikuti SPMB pada program PORKES tahun Akademik 2008/2009 yang mencapai hampir 800 orang peserta. Tingginya animo tersebut dkarenakan peluang kerja yang dilihat oleh masyarakat dalam bidang olahraga masih terbuka lebar, hal ini dikarenakan masih kurangnya tenaga profesional dibidang pendidikan jasmani dan olahraga dari tingkat SD, SLTP dan SLTA.
PORKES UNJA merupakan satu – satunya lembaga pendidikan yang menyiapkan SDM siap pakai dalam bidang olahraga di provinsi Jambi, dengan produk unggulan menciptakan guru pendidikan jasmani dan olahraga yang berkualitas dan profesional
Berbagai masalah yang dihadapi Program Pendidikan Olahraga dan Kesehatan dalam hubungannya dengan kualitas proses pembelajaran dan layanan kepada masyarakat sebagai berikut :
1.Belum tersedianya gedung pendidikan yang layak sebagai pusat proses pembelajaran bagi mahasiswa PORKES.
2.Belum terciptanya suasana pembelajaran yang efektif dan nyaman bagi mahasiswa PORKES.
Permasalahan tersebut berimplikasi pada kualitas layanan akademik serta pengembangan institusi keolahragaan dalam hal ini program Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

TUJUAN

Kegiatan pembangunan gedung pendidikan di program pendidikan olahraga dan kesehatan, memiliki tujuan utama sebagai berikut :
1.Meningkatnya kualitas proses pembelajaran bagi mahasiswa Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan
2.Meningkatnya layanan akademik terhadap proses pembelajaran di program Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
3.Meningkatnya layanan terhadap masyarakat, khususnya provinsi Jambi dalam pembangunan olahraga.
4.Membuat proposal pengajuan pembangunan Sarana dan Prasarana Olahraga Universitas Jambi utuk dapat diajukan ke Direktur Jendral Olahraga Departemen Pendidikan Nasional.
5.Melakukan studi kelayakan Pembangunan Sarana dan Prasarana Olahraga.
6.Membuat Perencanaan Konstruksi Sarana dan Prasarana Olahraga.
7.Melakukan Pengawasan Pembangunan.

SASARAN.
1.Adanya proposal yang siap diajukan ke Direktur Jendral Olahraga Departemen Pendidikan Nasional.
2.Terselenggaranya Studi Kelayakan.
3.Terlaksananya pembangunan sarana dan prasarana olahraga serta pengawasan terhadap pembangunan fisik.

STARTEGI
Strategi pelaksanaan rencana Pengembangan sarana gedung pendidikan dan prasarana olahraga di Universitas Jambi meliputi:
1.Pembangunan stadion yang mengkover seluruh kegiatan atletik, sepak bola, bola tangan outdoor.
2.Penyediaan lahan terbuka (daratan dan sungai) meliputi lapangan Bolabasket, Bola Voli/Voli Pantai pada lahan darat dan untuk lahan air/sungai dapat dibangun prasarana untuk olahraga dayung,rafting dan sejenisnya.
3.Pembangunan gedung olahraga khusus untuk masing-masing cabang olahraga dengan tribune dan perangkat pendukung lainya.
4.Pembangunan Gedung Olahraga khusus untuk Senam permanen yang didalamnya termasuk perlengkapan latihan dan pertandingan.
5.Pembangunan lapanganan Tennis outdoor dan indoor.
6.Pembangunan Gedung olahraga serbaguna yang dapat menampung kegiatan bola tangan Indoor, Bola Voli, Bolabasket, Futsal.
7.Pembangunan Kolam renang dan kolam loncat indah standar untuk latihan maupun pertandingan.
8.Pembangunan ruang fitness center dan seperangkat peralatan fitnes standar (multistation) dan free weight (Barbell, Dumbell dan sejenisnya).
9.pengadaan laboratorium jurusan dengan seperangkat peralatan penunjangnya.
Namun demikian disadari bahwa pembangunan di maksud masih bersifat makro, sehingga perlu dibuat perencanaan pembangunan sarana dan prasarana olahraga tersebut secara bertahap. Sebagai gambaran rinci sarana dan prasarana dalam konsep pengembangan komplek olahraga di maksud dapat di gambarkan sebagai berikut:

RENCANA KEGIATAN.
Bebeapa Kegiatan yang akan kami usulkan adalah:
1.Pembuatan Proposal
2.Studi kelayakan.
3.Perencanaan Gambar dan konstruksi.
4.Pengawasan Pembangunan.



MEKANISME RANCANGAN

Langkah – langkah kegiatan Kegiatan pembangunan gedung pendidikan di program Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, adalah sebagai berikut :
1.Pembangunan gedung yang mengkover seluruh kegiatan proses pembelajaran di program Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
2.Penyediaan lahan terbuka (daratan dan sungai)
3.Pembangunan gedung pendidikan khusus untuk masing-masing kegunaan dengan perangkat pendukung lainya.


Dalam hal menjawab tantangan pembangunan olahraga kedepan, baik di provinsi Jambi maupun di Indonesia. Optimalisasi pemberdayaan kelembagaan keolahragaan dalam hal ini PORKES UNJA dengan tujuan agar lembaga tersebut mampu berkembang makin meningkat kualitas dan karyanya. Harus segera diwujudkan dalam bentuk rencana strategis yang terencana terprogram dan berkesinambungan. Serta pemantapan IPTEK Olahraga dan melengkapi sarana dan parsarana olahraga dengan tujuan agar segala sesuatu dapat dikerjakan dengan efektif dan efisien dalam rangka terciptanya peningkatan prestasi olahraga yang berkelanjutan di provinsi Jambi, adalah merupakan suatu tanggung jawab dan kebanggan tersendiri bagi kami atas segala kepercayaan, perhatian, dukungan, dan partisipasi dari semua pihak sehingga arah kebijakan pengembangan PORKES dapat terlaksana dengan baik.

Daftar Pustaka

1.Bouchard, Claude; McPherson, Barry D; and Taylor, Albert W. (eds). 1992. Physical Activity Sciences. Champaign: Human Kinetics Books.
2.Laporan Fasilitas Olahraga Untuk Untuk Menyelenggarakan ASIAN GAMES 1986 dan Olympic games 1988
3.Meyer, J.P. & Allen N.J. (1997) Commitment in the workplace: Theory, research and application: Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc.
4.Rusli Lutan & Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
5.Sport, Facilities, Problem of Planning Maurizio Clerici International Olympic Committee Olympic Solidarity