oleh: Drs. Sukendro, M. Kes., AIFO
Secara efektif pada masa kini dan massa datang. Seperti kita ketahui kondisi masyarakat selalu berubah, sebagai konsekuensinya proses pendidikan harus menyesuaikan dengan perkembangan, kemajuan, dan pelestarian budaya. Pendidikan juga memlihara dan merawat aspek-aspek yang diharapkan mayarakat. Melalui pendidikan, peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh ketrampilan berfikir kritis, mempelajari cara-cara untuk menghassilkan apa yang diinginkan, dan melakukan perubahan yang bermakna.
Institusi pendidikan memainkan peran utama untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam masyarakat. Sekolah dan universitas merupakan institusi paling kuat dan efektif yang berkwajiban menanamkan ketrampilan intelektual, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang bijaksana, penilai yang baik, analisis permasalahan yang logis, dan bekerja untuk menghadapi revolusi masyarakat. Secara langsung ataupun tidak langsung, institusi pendidikan adalah agen pemimpin (the chief agents) kemajuan masyarakat. Kemajuan bisa berbentuk pengetahuan, seni teknologi, suara hati masyrakat (social conscience), atau bidang esensial lainya yang bermanfaat bagi perkembangan bangsa. Pendidikan harus menyiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan oleh karena itu, system pendidikan seharusnya peduli dengan kebutuhan peserta didik yang sedang mempersiapkan kehidupan yang produktif dan bermakna dengan memberikan kesempatan untuk merealisasikan potensi yang dimiliki dan situasi yang berbeda.
Pendidikan harus terkait secara erat dengan persiapan peserta didik agar menjadi individu yang bermakna dan mempunyai eksistensi diri yang terarah. Untuk meraih outcomes yang disebutkan diatas, peserta didik harus mempunyai pemahaman tentang : (1) sifat diri-sendiri dan diri orang lain, kapasitas untuk mempertahankan perkembangan diri, dan cara berhubungan dengan orang lain, (2) pandangan kontemporer masyarakat (contemporary social scene), nilai, dan ketrampilan yang diperlukan untuk partisipasi secara efektif, (3) Warisan budaya dan kemampuan untuk mengevaluasi, (4) peran komunikasi dan ketrampilan dalam berkomunikasi, (5) sifat dunia dan kemampuan beradaptasi dengan sifat-sifat tersebut, dan (6) peran berbagi bentuk estetis dalam kehidupan manusia dan kapasitas untuk mengekspresikan diri melalui bentuk estetis diatas.
Pendidikan jassmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan, membantu dalam upaya pencapaian tujuan ini. Dengan dukungan peserta didik yang telah memiliki perkembangan secara keseluruhan, pendidikan jassmani dapat memberikan kontribusi bagi bangsa dalam rangka merealisasikan cita-cita yang diharapkan dan mengfungsikan massyarakat secara tepat.
Pendidikan Jasmani
Tujuan professional merupakan hal penting dalam pendidikan jasmani, sehingga bidang upaya ini dapat mengetahui sasaran akhir yang telah dikerjakan dengan susah payah. Dalam beberapa tahun akhir tujuan tekanan pada tujuan pengajaran, tujuan prilaku, dan tujuan kinerja atau kompetensi yang dimaknai sebagai tujuan professional yang harus dicapai dengan lebih baik (Bucher, 1983).
Dalam konteks ini terminology tujuan yan digunakan yang digunakan mencakup maksud, tujuan, dan outcomes yang diakibatkan oleh partisipasi peserta didik dalam program pendidikan jasmani. Dengan kata lain, peserta didik yang berpartisipasi dalam aktifitas jasmani dengan kepemimpinan yang baik seharusnya memperoleh outcomes konstruktif tertentu. Outcomes yang dinamakan tujuan pendidikan. Semua peserta didik dlibatkan dengan gerak membuat seluruhtubuh kita dalam tindakan. Gerak merupakan medium yang dugunakan pendidikan jasmani untuk meraih tujuan. Kemasan gerak dalam pendidikan jasmani menawarkan cara untuk memperoleh kesenangan, rekreasi, kesegran jassmani, kemampuan bersosial, melepaskan emosi, komunikasi, eksplorasi, dan kesehtan kepada peserta didik. Gerak juga medium untuk mendidik peserta didikk dalam hubungan dengan perkembangan jasmani, mental, emosional, dan sosial.
Adanya berbagi kendalam dalam system pembinaan ideal dan pelatihan diikuti belum sesuai dengan pola pembinaan ideal dan belum memanfaatkan teknologi dalam proses pelatihan.
Disisi lain kualitas pelatihan di Indonesia sebagian besar belum banyak yang mempunyai latar belakang pendidikan kepelatihan sesuai dengan profesinya, sehingga pengetahuan bidang kepelatihan massih sangat terbatas sekali. Bompa (1993) juga menyebutkan bahwa latihan adalah merupakan aktifitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan bersifat individual, yang mengarah pada cirri-ciri fungsi fisiologis, serta fungsi psikologi manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Untuk memberika berbagai bentuk dan model latihan dalam kecabangan olahraga seseorang atlet dituntut tidak hanya tahu bagaimana harus melakukan dua hal dalam pelatihan yaitu: a) Mampu bergerak, dan b) memahami tujuan dari gerakan-gerakan harus dilakukan. Dua kemampuan ini akan dapat mempercepat peningkatan keterampilan yang akan dilakukan. Oleh karena itu seorang atlet juga harus memahami gerakan-gerakan baru yang dialihkan, seperti yang disebutkan oleh magil (1985): a. generally accepted definition of transferof learning is that is the influence of a previously practice skill on the learning of a new skill. Model gerakan-0gerakan baru dari segi teknik dan taktikdalam cabang olahraga akan selalu diberikan untuk mengarah dalam suatu bentuk pertandingan yang sebenarnya. Menurut Bompa (1993) model latihan harus mengacu kepada spesifikasi suatu pertandingan. Jadi dalam proses pelatihan berkaitan dengan parameter latihan, seperti besarnya volume, intensitas, dan rfesiensi yang tinggi pada bentuk-bentuk latihan yang dilakukan,
Urairan di atas menggambarkan kompleksitas proses latihan. Oleh karena itu suatu proses pelatihan harus direncanakan dalam suatu program latihan. Nosek (1982) menyebutkna bahwa prinsip latihan adalah garis pedeman yang hendaknya digunakan dalam latihan yang terorganisir dengna baik. Prinsip semacam itu menunjuk pada semua asspek dan tuga latihan. Prinsip-prinsip latihan akan menemukan corak latihan, isi latihan, sasaran latihan, metode latihan, dan organisasi latihan.
Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam suatu bentuk program latihan juga sebagai bahan analisis dan evaluasi keberhassilan bagi parapelatih and atletnya. Bompa (1993) menyebutkan bahwa pelatih dan atlet merupakan dua tonggak yang terlibat dalam system latihan. Pelatih dan atlet berperan aktif, sebagai faktor utama yang sangat menetukan keseluruhan kegiatan latihan. Secara visual keterkaitan pelatih dengan atlet disajikan dalam gambar diibawah ini:
Hubungan Antara faktor-faktor utama dari Sitem Latihan
Gambar diatas menunjukan bahwa kualitas latihan sangat ditentukan oleh pelatih dan atlet. Sebagai sumber daya manusia kunci seorang pelatih harus memiliki dan kualifikasi untuk menyusun program-program pelatihan yang akan ditugaskan kepada setiap atlet selama proses latihan. Program pelatihan harus memenuhi dua persyaratan utama, yaitu : a) program pengembangan pengetahuan dan . Program pelatihan harus memenuhi dua persyaratan utama, yaitu : a) Program pengembangan pengetahuan dan b) program pengembangan kepribadian seorang atlet. Oleh karena itu program pelatiahan harus dikembangkan secar utuh mencakup aspek fisi, aspek teknik, aspek taktik dan aspek psikologi atlet.
Pete Rotella (1984) menyebutkan bahwa kebanyakan pelatih yang telah mapan berpendapat, bahwa kepelatihan yang berhasil itu adalah bahwa kepelatihan yang berhasil itu adalah sebagian dari seni dan bagian lain adalah ilmu. Dan hal ini mengandung makna bahwa pelatihan menuntut kreatifitas dan interprestassi mengenai orang perorang maupun situassinya. Dengan demikian sebenarnya kepelatihan itu keberhassilan seorang pelatih tidaksaja ditentukan oleh perkembangan ilmu yang ada. Rotella (1984) juga menambahkan bahwa kepelatihan yang artistik dan kreatif harus dilandaskan padda dasar ilmu yang tangguh. Tak ada tingkatkreatifitas yang akan menghasilkan sukses apabila landasan ilmiah praktek pelatihnya kurang sempurna. Pelatih yang baik adalah orang yang imajinatif juga artistic dalam melaksanakan program olahraga yang berlandaskan perkembangan ilmu.
Peranan PORKES Untuk Meningkatkan Prestassi olahraga di Provinsi Jambi
Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam dunia olahraga khusunya diperguruan Tinggi bukan saja sebagai penunjang, tapi sudah merupakan bagian kebutuhan yang sangat vital. Ketertinggalan prestassi olahraga Indonesia di Dunia internasional salah satunya adalah belum memanfaatka ilmu pengetahuan dan teknologi.
Didalam proses pembinaan yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan keilmuan mutakhir, seperti tergambar pada bagan berikut ini.
Pemilihan atlet yang diprediksi untuk berprestassi dimasa depan harus dimulai dengan bernagai aspek penyaringan. Dimulai dengan pemilihan cabang olahrag yang sesuai menurut analisa bakat dan posstur tubuh, akan mengurangi terjadinya berbagai kekeliruan dalam penetuan cabang olahraga yang akan digeluti atletnya. Awal kehidupan seorang atlet yang diprediksi akan berpretassi di dunia olahraga selalu harus dimonitor dan dievaluasi terhadap perkembangan semua aspek dalam dirinya . Data perkembangan kemajuan dan kendalanya merupakan data yang selalu menjadi bahan pertimbangan untuk langkah berikutnya. Demikian pula dari segi proses pelatihanya, dengan menggunakan berbagai model pelatihan mutakhir seperti analisis gerak, berbagai model drilling maka setiap perkembangan atlet akan dapat dimonitor. Hal ini terlihat padda bagan berikut ini :
Formula of General
Training Prosedure
Kendala di Lapangan
Gambar sistem untuk pembinaan atlet berprestasi di Indonesia tidak semudah yang ada. Kualitas sumber daya manusia dan latar belakang pendidikan maupun pengetahuan dari para pelakunya merupakan salah satu bagian kendala yang menyulitkan. Oleh karena itu perguruan tinggi diharapkan merupakan bagian yang sangat vital untuk mendorong terciptanya prestasi olahraga nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Bucher C.A (1983) Foundation of Physical Education & Sport. St. Louis : The C.V
Mosby Company
Hastad Duoglass N. and Alan C (1989). Measurement and Evaluation in Conteporary
Physical Education. Arizona, Scottsdale: Gorsuch Scarisbrick Publisher
Singer Robert N. (1976) Physical Education: Foundation. New York: Holt, Rinehart and
Winston
Wuest Deborah A. And Bucher Charles A. (1995) Foundation of Physical Education &
Sport. St. Louis: Mosby
Nugroho Setyo. (2006). Peran Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat Sekolah.
Setiono Hari. (2005). Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sebagai Penunjang
Peningkatan Prestasi Olahraga di Perguruan Tinggi.
SDM Perguruan tingginya sudah siap apa belum???
BalasHapus